Ada beberapa orang yang percaya kalau
situs gunung padang memiliki keterkaitan dengan situs piramida yang ada
di mesir, dikarenakan bentuknya yang mirip dengan ruang didalamnya dan
karena umurnya yang jauh lebih tua dibandingkan piramida yang ada di
mesir. saaat ini situs padang masih berada dalam masa pengkajian lebih
lanjut.
Menelusuri misteri situs Gunung Padang.
Usia “piramida” Gunung Padang diperkirakan 4.700-10.900 tahun sebelum
Masehi–bandingkan dengan piramida Giza di Mesir, yang hanya 2.500 SM.
Namun pembuktian belum maksimal, dan ini menyebabkan pakar geologi masih
ragu terhadap “piramida” itu. Terlalu dini untuk diumumkan. Oleh karena
itu Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang melanjutkan penelitiannya
pada 2013 ini. Hingga saat ini Gunung Padang sudah menjadi buah bibir
setelah Tim Katastrofi Purba meneliti patahan gempa Sesar Cimandiri,
sekitar empat kilometer ke arah utara dari situs tersebut.
Kontroversi merebak setelah Andi Arief
merilis ada sejenis piramida di bawah Gunung Padang pada awal tahun
lalu. “Apa pun nama dan bentuknya, yang jelas di bawah itu ada
ruang-ruang. Selintas tak seperti gunung, seperti man-made.” demikian
jelas Andi Arief
Kecurigaannya berawal dari bentuk Gunung
Padang yang hampir segitiga sama kaki jika dilihat dari utara.
Sebelumnya, Tim juga menemukan bentuk serupa di Gunung Sadahurip di
Garut dan Bukit Dago Pakar di Bandung saat meneliti Sesar Lembang.
Andi Arief mengatakan pekerjaan timnya di
Gunung Padang sudah hampir kelar. Untuk urusan penggalian, dia angkat
tangan karena membutuhkan biaya besar. Namun demikian, Andi Ariefbersama
Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang terus melanjutkan penelitian
dan survei untuk mengetahui lebih jauh bawah permukaan Gunung Padang
dengan berbagai metodologi, baikgeofisika, arkeologi, paleosedimentasi,
arsitektur dan kawasan, dan lain-lain. Direncanakan tim ini akan terus
bekerja hingga Maret 2014 nanti.
Menjelang akhir tahun 2012, para peneliti
Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang mengadakan pertemuan untuk
mengevaluasi hasil riset dan survei pada 2012 dan merencanakan riset
lanjutan di Gunung Padang. Pada pertemuan itu dihadiri oleh geolog
andal, Dr. Danny Hilman Natawijaya, paleosedimentolog, Dr. Andang
Bachtiar, arkeolog muda ahli prasejarah, Dr. Ali Akbar, ahli budaya, Dr.
Lily Tjahjandari, praktisi arsitek dan kawasan, Pon Purajatnika, ahli
kompleksitas dan astronomi, Hokky Situngkir, Rolan Mauludi, ahli
permodelan sipil, Dr. Budianto Ontowirjo,ahli petrografi, Dr. Andri S
Subandrio, geofisisis, Erick Ridzky, dan tentu saja dihadiri juga oleh
inisiator tim, Andi Arief.
Pertemuan yang diselenggarakan di Kantor
Staf Khusus Presiden pada 18 Desember 2012 itu, menghasilkan
pandangan-pandangan baru dari para ahli yang tergabung dalam Tim Terpadu
Riset Mandiri memaparkan dan mendiskusikan temuan-temuan riset dan
langkah-langkah ke depan. Tim Geologi memandang bahwa survei dan kajian
yang dilakukan sudah mencapai 99% telah mendapatkan data lengkap baik
data hasil survei geolistrik, georadar, maupun geomagnetik, serta dan
alat bantu geofisika lainnya. Selain tentunya citra satelit, foto IFSAR,
kontur dan peta model dijital elevasi (DEM).
Dari berbagai data yang dihasilkan itu,
ditambah dengan pembuktian paleosedimentasi di beberapa titik bor
sampling, serta analisa petrografi, secara saintifik bisa disimpulkan
bahwa memang ada man-made structure di bawah permukaan situs Gunung
Padang. Bangunan di bawah permukaan ini juga dipastikan memiliki chamber
dan bentuk-bentuk struktur lain (dugaan goa atau lorong), serta
kecenderungan adanya anomali magnetik di berbagai lintasan alat
geofisika.
Temuan ini makin diperkuat dengan temuan
Tim arkeologi yang berhasil menemukan artefak-artefak di barat dan timur
bangunan Gunung Padang juga tersingkap, terutama di luar situs
definitif saat ini. Bahkan temuan awal artefak berupa batu melengkung di
sisi timur situs, menunjukkan dugaan kuat sebagai “pintu masuk” ke
dalam bangunan bawah permukaan Gunung Padang. Temuan arkeologi ini,
merupakan temuan terbaru sejak situs ini pertama kali ditemukan.
Di samping itu, Tim sipil dan arsitek
sudah sampai tahap maju, selain memaparkan berbagai jenis potongan batu
(yang menunjukkan campur tangan manusia dan teknologi masa itu), juga
memaparkan luasan situs yang jauh lebih besar dari yang ada sekarang.
Tim ini sudah menemukan struktur yang hampir mirip dengan temuan di
Sumba Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya tim arsitektur menemukan kemiripan
yang sama dengan piramida Machupichu Peru.
Dalam waktu dekat struktur imaginer yang
lebih detail akan dibuat berdasarkan perbandingan yang ada. Sementara
Tim astronomi akan menyelesaikan temuan timeline tahun pembuatan yang
bisa secara saintifik dilakukan di luar hasil radio-carbon dating yang
sudah dilakukan sampai validasi di dua lab yaitu labpratorium Badan Atom
Nasional dan laboratorium radio-carbon di MiamiFlorida, Amerika
Serikat.
Apa yang akan dilakukan Ke depan? Semua
tim terus bekerja dengan titik konsentrasi di lokasi yang berada di luar
situs. Tim arkeologi menjadi terdepan membuka “pintu peradaban” leluhur
kita yang sangat luar biasa ini. Adapun bentuk dan isi di dalamnya akan
secara otomatis terkuak. Kita berharap kelanjutan riset ini berjalan
lancar, dan akan selalu akan diumumkan terbuka kepada masyarakat.
Disadari bahwa riset ini bukan hanya
milik peneliti tetapi milik masyarakat luas. Kita berharap tidak
berhenti pada terbukanya pintu peradaban saja, lebih dari itu ditemukan
sesuatu yang bermanfaat dan dirasakan langsung oleh rakyat, ada
dampaknya buat kesejahteraan rakyat masa kini dan masa depan.
Pada awal Januari 2013 Tim Arkeologi yang
dikomandoi arkeolog muda Universitas Indonesia, Ali Akbar, kembali
merilis temuan 5 makam tua di areal yang kini menjadi objek
penelitiannya. Penemuan tersebut bisa mengungkap tabir baru bahwa
masyarakat sekitarlah yang pertama kali menemukan situs Gunung Padang.
Dikemukakan bahwa penemuan 5 makam di sisi teras kelima situs itu, yang
memiliki artefak (nisan) terbaca 2 makam saja. Berdasarkan
pengamatannya, makam tersebut ada di areal situs megalitik sekitar tahun
1900-an.
Dari beberapa makam yang ada, terdapat
satu makam yang sedikit memberikan gambaran mengenai keberadaan makam
dari sepasang nisan makam tersebut. Dijelaskan Ali Akbar, bahwa bila
dilihat dari bentuk makamnya, itu adalah makam Islam. Satu nisan
bertuliskan huruf latin dan satunya lagi bertuliskan huruf Arab. Menurut
penjelasannya, dengan adanya temuan makam tua tersebut, berarti ada
masyarakat yang tinggal dan menetap di situ. Kemudian ada jeda sampai NJ
Krom menemukan situs tersebut dan melaporkannya ke pemerintah Belanda
pada 1914.
Pada salah satu nisan tertera tulisan
latin yang menerangkan nama jasad yang dimakamkan bernama “Hadi Winata”
yang wafat pada tahun 1947. Almarhum tertulis juga wafat pada usia 68
tahun, artinya almarhum lahir pada tahun 1879. Di nisan lainnya, makam
yang sama, tertera pula tulisan Arab, di nisan tersebut terbaca ‘prabu’
serta terdapat tahun hijriyah, 1356 H. Diperkirakan kemungkinan jasad
yang dimakamkan itu merupakan golongan bangsawan bila sekilas diamati
dari nama latin yang tercantum di nisan dan juga tulisan ‘Prabu’ di
nisan berhuruf Arab. Para peneliti masih terus bekerja untuk bisa
menaksir usia makam lainnya yang ada di areal Gunung Padang.